In the end, what matter most is
How well did you live
How well did you love
How well did you learn to let go
Let go, dalam bahasa Arab adl ikhlas dan bahasa Indonesianya, merelakan.. Ada 2 kejadian dalam seminggu kemarin, yang merujuk kepada keikhlasan.
Pertama, kejadian yang dialami ibu gue. Pembantu gue yang sudah 1,5 tahun bekerja di rumah, Selasa kemarin mengambil 2 kotak perhiasan berlian ibu gue yang kalau ditotal mengalami kerugian ratusan juta. Bukan nilainya yang ibu gue sesali, tapi mostly karena kenangan yang ada di barang itu. Mulai dari pemberian eyang buyut, budenya, beli waktu jalan2x keluar negeri, de el el.. Ibu gue memang tabah & tenang, dia sama sekali gak nangis, tapi setiap ada kesempatan, dia pasti akan kembali bicara mengenai penyesalannya, kenapa bisa dia sampe naro kunci lemari di rumah, padahal biasanya dibawa kemanapun dia pergi. Untung saja nyokap gue bukan orang yang dibutakan oleh harta yang kayak di sinetron2x itu, yang kalo hilang harta langsung jadi gila gak kejuntrungan. Berulang kali dia bilang kalo dia sudah mengikhlaskan semuanya, bahwa rejeki itu di tangan Allah, dan pasti ada hikmahnya di balik ini semua. Tapi gue bisa lihat dari raut & matanya, kalo deep down inside, dia masih belum bisa merelakannya.
Kedua, kejadian yang gue alami sendiri. Yah, gak jauh2x lah, kaitannya sama perasaan. Ketika gue merasa bahwa gue sudah menemukan orang yang tepat, dg berbagai karakter yang bisa gue terima seiring berjalannya waktu, tapi gue dihadapkan dengan kenyataan bahwa ada perbedaan yang sangat mendasar yang tidak bisa dikompromi di antara kedua belah pihak, maka gue harus menerima kenyataan bahwa gue tidak mungkin menjalani hari-hari gue bersamanya. Gak ada pilihan lain kecuali mengikhlaskan semuanya. Berulang kali gue berkata pada diri sendiri, bahwa ini bukan kali pertama gue mengalami hal yang serupa (walau dg alasan yg berbeda-beda), dan I'll survive and move on with my life, the life that I love.. Tapi gue tidak bisa membohongi diri, bahwa gue masih belum bisa merelakan semuanya pergi begitu saja, masih terasa berat, dan perasaan itu entah kenapa masih saja di hati gue, walopun gue sudah berusaha melepaskannya.
Mengikhlaskan segala sesuatunya terjadi memang kelihatannya mudah untuk diucapkan, tapi ternyata amat sulit utk dijalankan. Setiap orang pasti ada cara tersendiri utk merelakan kejadian yang mereka alami. Cara gue saat ini, selain lebih sering berkomunikasi dengan Tuhan, juga dengan tidak melihat ke belakang agar tidak menyesali apa yang sudah terjadi, dan gak perlu memusingkan diri dengan menebak-nebak kehidupan gue di masa depan. Gue akan membiarkan hari-hari gue mengalir begitu saja, dan seperti lirik lagu Float,
percayalah hati..lebih dari ini,
pernah kita lalui..
tak kan lagi kita mesti jauh melangkah..
nikmatilah lara..
- ijul signing off -
:)
ReplyDeleteikhlas... khalas...
ReplyDelete1. salut buat ibunda, ketabahan beliau pasti akan mendapatkan balasan dari Allah.
ReplyDelete2. buat ijul .....hehehehe the show must go on.....lanjuti hidup dan mulailah berjalan dengan senyum...
makasih ya..
ReplyDelete:) balik
ReplyDeletevanila / chocolate float jul ? :)
ReplyDeleteenakan tuh A&W rootbeet float :))
ReplyDeleteahhh iyaaahhh...
ReplyDeletegak pernah beres gw minum flot ituh..
slalu tumpah blebeerr.. hihiihihiii
taktiknya tuh ya, sedotannya jangan disodok ke gelas, tapi elo seruput dulu atasnya. tapi tetep, jangan elo aduk2x itu float, bisa muncrat keluar dari gelasnyah.
ReplyDeletehihiiii... gw sukanya diadukk jul...biar lebih afdhoolwwhh.. tapi gt d jadinya bleberrraan mulu.. :)
ReplyDeletekalo om pasrah juls....apalagi kalo lagi ujian ....trus blank....pasti om tutup soalnya....keluar....pasrah.....beda ya? :D
ReplyDeletehuahahahahaaaaaaaa... om kondre ini lucu sekali :)
ReplyDeleteKalo kata Tyler Durden,
ReplyDelete"It's only after u lost everything that ur free to do anything"
Ciayo Ijulismeee!! :)
whoaaaaaaaa, cakep niy kata2xnyah (peres, padahal gak paham..)
ReplyDeletelain kali pake gelas yang lebih tinggi and lebih lebar kalo gitu..
ReplyDeletePeluk Mimiiiii...
ReplyDelete*kaya berani aja gw meluk2 elo, serem ah* :D
yaaaaaaaaah, masak gak berani meluk akuh ? akyu pan ndak gigit, cuma menggonggong :))
ReplyDeleteTapi ada yg berani gandeng loh waktu itu. Cuma berujung dilempar mentah2 tangannya hihihihi..
ReplyDeletehah ? sapa yah ? *celingak celinguk*
ReplyDeleteJustru karena jatuh, kita tau rasanya bangkit.
ReplyDeleteJangan dihitung brp kali kamu terjatuh, tetapi brp kali kamu berani bangkit dan berlari :-)