Tidak ada pesta hingar bingar, hanya sepotong tiramisu cake dan tiupan pada korek api sebagai penanda ibu yang tengah berulang tahun ke-70 di pagi ini, sembari gue menyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun untuknya. Ibu hanya bisa diam terpaku lalu meneteskan air mata, dan gue pun memeluknya erat.
Ibu, sosok dimana dulu waktu SMP & SMA sangat tidak gue sukai karena menurut gue waktu itu, dia sangat cerewet, penuh penghematan dan terlalu banyak aturan yang susah gue terima. Ketika gue kuliah di Bandung, gue benar-benar merasa merdeka, karena tidak ada lagi sosok ibu yang ingin tahu segalanya. Ketika gue lulus kuliah dan kembali ke Jakarta, gue masih belum bisa mendekatkan diri dengan ibu, tapi gue tertolong dengan kehadiran bapak. Terutama kalau sudah beradu mulut, bapaklah yang menjadi penengah kami berdua.
Ketika bapak harus meninggalkan kami untuk selama-lamanya dan gue harus hidup berdua sama ibu, mungkin itulah saat terberat bagi gue. Gue benar-benar harus membiasakan diri untuk hidup berdua dengannya tanpa ada bapak lagi yang jadi penengah. Sangat banyak adaptasi yang harus gue lakukan (dan mungkin ibu juga lakukan) hingga akhirnya gue mencapai titik dimana gue sudah merasa sangat sesak dan gue memutuskan untuk keluar rumah / kos (dengan baik-baik tapinya) supaya keadaan kembali tenang. Tapi itu bukan berarti gue memutuskan tali silaturahmi dengan ibu, karena sewaktu gue kos, gue masih pergi umroh bersamanya.
Dengan adanya keterpisahan jarak, gue memiliki banyak waktu untuk berusaha menyelami karakter dan sifat ibu, cara pandang beliau, keinginan yang dia miliki atas gue, segala ajarannya yang telah diberikan ke gue. Butuh waktu yang tidak sebentar, namun sedikit demi sedikit, gue mulai bisa memahami jalan pikirannya. Gue mulai bisa bertoleransi, meredam amarah dan mencoba sedikit bersabar ketika harus berhadapan dengannya. Memang semuanya membutuhkan proses yang cukup panjang, tapi gue bersyukur bahwa masa-masa "berat" itu telah terlewati dan sekarang, keinginan gue hanya satu, membahagiakan ibu selagi beliau masih ada.
Dulu sekali gue pernah bilang sama dia, kalau umurnya hanya sampai 72 tahun. Entah dengan alasan apa, gue bisa menyebut angka itu dan hingga saat ini, angka itulah yang gue percayai. Memang umur semuanya di tangan Tuhan, tapi kalau memang hanya sampai 72 tahun, berarti masih ada 2 tahun tersisa yang bisa gue lewatkan bersamanya. Maka dari itu, apapun yang gue lakukan selama ini, semuanya hanya untuk ibu. Sehingga bila waktunya tiba, gue sudah puas telah membahagiakan beliau.
Ibu, selamat ulang tahun ya... Semoga ibu selalu sehat, bahagia dan bangga atas aku. Maafin kalo aku sudah membuat ibu jengkel, sakit hati dan kecewa. Semoga ibu tahu, bahwa aku bangga punya seorang ibu kayak ibu. Mungkin ada kalanya ibu tidak menjadi ibu yang terbaik sedunia, tapi semua itu tidak ada artinya dibandingkan apa yang telah ibu lakukan selama ini buat aku.
Aku sayang sekali sama ibu...*peluk cium penuh haru*
i can see myself *hiks*
ReplyDeletemet ultah tanteeeeee
Heheheeeeee..... Makasih mbak ari, ntar disampaikan ucapannyah :D
ReplyDeletesamaan nih.... eniwei...met milad buat ibu, semoga sehat selalu yaa
ReplyDeleteAmiiiiinnn... Makasih yaw :)
ReplyDeletecocwiit .. *terharu membacanya*
ReplyDeleteAh, masa siiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii.......
ReplyDelete