Sejak kita kecil hingga saat ini, sudah tak terhitung lagi teman yang kita miliki. Mulai dari teman yang didapat karena lingkungan seperti teman sekolah, teman kerja, teman main, teman virtual, teman dugem, dan lainnya.
Dan adalagi pertemanan yang dilihat dari kadarnya, seperti teman di permukaan (yang ini umumnya teman basa basi dan cuma berteman di kala senang), teman baik, teman dekat dan teman sejati.
Gue pernah berada di satu masa dimana teman adalah segalanya buat gue, melebihi keluarga. Apapun gue lakukan demi teman, bahkan meminjamkan mereka uang walau itu bukan uang gue sendiri (baca: uang dari orang tua). Tapi seiring berjalannya waktu, gue belajar bahwa teman itu hanya orang lain dan keluarga itu harus dinomorsatukan. Ibu gue pun selalu berkata, well cenderung menasehati sih, bahwa teman itu boleh banyak tapi jangan terlalu dekat untuk menghindari konflik.
Di satu sisi, apa yang dikatakan ibu gue ada benarnya sih. Karena semakin dekat kita berteman dengan orang lain, maka semakin kita tahu karakter mereka. Dan tak jarang, ketika kita merasa sudah mengerti mereka, kita suka lepas kendali dan merasa berhak untuk memberitahu A, B, C, Z. Sehingga konflik pun tak bisa dihindari.
Tapi di sisi lain, menurut gue, kalau berteman gak ada konflik itu sepertinya hanya teman di permukaan. Bukan berarti kita harus berkonflik dengan teman, tapi maksudnya, dengan adanya konflik, kita bisa jadi lebih mengerti karakter teman kita tersebut.
Sepanjang kamu hidup, pernahkah menghitung, sebenarnya ada berapa teman yang memang layak dikategorikan sebagai teman baik? Contoh gampang, dari ratusan atau bahkan ribuan teman di FB, ada berapa yang benar-benar kamu anggap sebagai teman di kala susah dan senang, teman yang benar-benar mengerti kamu, teman yang bisa menerimamu apa adanya, yang gak perlu berpura-pura untuk menjadi orang lain.
Gue memang punya 1800 teman FB, dan ada banyak lagi di luar itu, tapi teman yang benar-benar menjadi teman dekat gue gak lebih dari 30 orang, dan 10 di antaranya adalah teman sejati gue. Untuk sebagian orang, angka itu mungkin terlalu sedikit atau bahkan terlalu banyak.
Umumnya, pertemanan yang gue jalin dengan mereka sudah bertahun-tahun lamanya, apalagi dengan teman sejati yang sudah belasan tahun. Mereka adalah orang-orang yang gue anggap layak dijadikan teman baik dan gue akan terus pertahankan sebagai teman baik selama mungkin.
Pada mereka, gue bisa menceritakan segalanya. Bukan berarti mereka menjadi tempat sampah gue, tetapi gue lebih menganggap sebagai sesi bertukar pikiran dan pendapat. Pasti kamu pernah memiliki teman yang menjadikanmu sebagai tempat sampah, yang menghubungimu hanya di kala susah. Buat gue, orang kayak gini gak layak dijadikan teman sama sekali karena dia gak punya prinsip take and give.
Setiap hubungan, termasuk pertemanan sudah wajib hukumnya untuk memberlakukan take and give, dengar dan mendengarkan. Akan timpang kalau satu pihak hanya memberi saja atau mendengarkan saja. Dijamin, pertemanan macam ini gak akan bertahan lama karena ada satu pihak yang merasa bahwa haknya sebagai teman tidak diperhatikan.
Pada dasarnya, gue suka bercerita dan kadang langsung ngomong apa yang ada di kepala gue. Tapi dalam berteman, gue suka menahan diri untuk tidak mendominasi pembicaraan. Itu gue lakukan karena gue ingin semuanya seimbang. Selain itu, gue juga pernah terlibat konflik dengan beberapa teman gue itu, yang akhirnya membuat gue belajar bahwa gue tidak seharusnya terlalu cepat bicara sebelum memikirkan akibatnya.
Pertemanan juga seharusnya memberikan manfaat dan membawa ke sesuatu yang lebih baik. Gue banyak sekali belajar dari teman-teman gue itu. Ada dua teman sejati gue yang menjadi tempat gue bertukar pikiran tentang hidup dan spiritual. Agama mereka jelas beda dari gue, tapi somehow gue merasa cocok berbicara mengenai spiritual dan keimanan justru dengan mereka. Setiap kali gue selesai menghabiskan waktu dengan mereka, selalu saja ada pencerahan yang gue alami, and I dunno why :)
Saat ini, walau kadar pertemuan gue dengan teman-teman gue sudah terbilang jarang karena susahnya menyesuaikan waktu dan juga ada hal-hal lain yang perlu diprioritaskan, tapi bukan berarti mereka hilang dari hidup gue. Gue masih terus berkomunikasi, just a simple hello to let them know I'm okay and vice versa.
Gue akan salin-rekat tulisan Gibran tentang pertemanan (friendship) yang dimuat di buku The Prophet
Your friend is your needs answered. He is your field which you sow with love and reap with thanksgiving.
And he is your board and your fireside.
For you come to him with your hunger, and you seek him for peace.
When your friend speaks his mind you fear not the "nay" in your own mind, nor do you withhold the "ay."
And when he is silent your heart ceases not to listen to his heart;
For without words, in friendship, all thoughts, all desires, all expectations are born and shared, with joy that is unacclaimed.
When you part from your friend, you grieve not;
For that which you love most in him may be clearer in his absence, as the mountain to the climber is clearer from the plain.
And let there be no purpose in friendship save the deepening of the spirit.
For love that seeks aught but the disclosure of its own mystery is not love but a net cast forth: and only the unprofitable is caught.
And let your best be for your friend.
If he must know the ebb of your tide, let him know its flood also.
For what is your friend that you should seek him with hours to kill?
Seek him always with hours to live.
For it is his to fill your need, but not your emptiness.
And in the sweetness of friendship let there be laughter, and sharing of pleasures.
For in the dew of little things the heart finds its morning and is refreshed.
No comments:
Post a Comment