"Temennya mana?"
"Wow, sendirian dari Jakarta?"
"Kok gak ngajak temennya?"
"Emangnya gak capek & gak bosen nyetir sendirian gitu?"
Dan masih banyak lagi bentuk-bentuk pertanyaan yang gue dapati dari setiap orang yang gue temui setiap harinya, mulai dari hari pertama hingga hari terakhir gue sampai di Jakarta. Negeri ini memang masih belum jamak menemui perempuan yang jalan sendirian, apalagi yang nyetir keliling Jawa sendirian. Sebagian besar orang menganggap, bahwa perempuan yang jalan sendirian itu kalo gak perempuan nekat, perempuan yang gak punya teman atau perempuan aneh, hahahaaaaa... Gue pribadi sih tidak pernah bosan menanggapi pertanyaan-pertanyaan dari mereka, tapi kalau gue lagi malas menjawab, mungkin gue hanya membalas dengan senyuman. Kalau lagi bersemangat, gue akan menjelaskan ke mereka dengan panjang lebar kenapa gue jalan sendiri dan tidak sama teman-teman.
Entah kenapa, gue sangat menikmati perjalanan gue ini walau sendirian. Gue tidak pernah merasakan adanya rasa sepi atau bosan. Lelah menyetir mungkin iya, karena wajar, gue seharian menyetir tanpa ada yang bisa menggantikan, tapi selebihnya, gue sangat menikmati waktu yang berjalan. Menyetel musik, menonton dvd, menikmati pemandangan alam di jalanan yang gue lewati, merokok sambil menyetir, memacu adrenalin dengan menyalip mulai dari motor, mobil ukuran biasa sampai truk peti kemas 20 kaki. Gue juga orang yang suka melakukan self-talking, dalam hal ini, kadang gue bicara sama Dumbo karena dia duduk di kursi depan atau ngobrol dengan Sang Pencipta layaknya Ia di hadapan gue. Apalagi, kalau gue pasang status atau mengunggah foto di akun facebook, pasti ada saja teman-teman yang mengirimkan komentarnya, dan di situlah gue berkomunikasi, mengobrol walau secara virtual. Gue merasa mereka menemani gue selama perjalanan ini. Gue juga mengobrol dengan ibu dan teman-teman dekat gue melalui whatsapp messenger, bercerita tentang kejadian yang gue alami di hari itu.
Ketika gue mengunjungi satu kota yang tidak ada teman seorang pun, gue masih bisa bertemu dengan banyak orang, mulai dari tukang becak, karyawan hotel, penjaga warung makan hingga pemandu wisata yang bisa gue ajak ngobrol. Tak jarang, gue malah jadi tempat curhat mereka walau cuma sesaat. Jadi jujur, ketika ditanya mengenai kesendirian, gue sama sekali tidak merasa kalau gue sendiri karena gue dikelilingi dan berinteraksi dengan banyak orang. Tidak ada satu hari pun gue yang bisu, tidak berbicara dengan satu orang sama sekali .
Kalau dipikir-pikir lagi, seandainya gue tidak melakukan negosiasi dengan ibu gue, bahwa gue hanya boleh pergi kalau ada teman yang bisa menemani, mungkin gue gak akan pernah pergi dan melakukan perjalanan ini. Ada sih yang ngasih saran, kenapa nggak ngajak teman walau temannya hanya bisa seminggu, jadi paling nggak punya teman selama di perjalanan untuk beberapa saat. Hmmm, memang itu sebenarnya bisa saja dilakukan, tapi selain gue gak kepikiran, ya perjalanan ini memang ingin gue lakukan sendirian, karena ini adalah perjalanan impian gue. Lagipula, belum tentu juga teman yang gue ajak itu sepaham dengan gue. Dalam artian begini, walau sudah berteman lama, tapi ketika liburan bersama, kadang akan keluar pribadi yang asli, bukan berarti selama ini pribadi yang ditampilkan itu pribadi palsu loh. Tapi kan, gue akan menghabiskan waktu 24 jam dalam sehari dengan teman gue, jadi setidaknya sepaham dengan jalan pikiran gue. Gue kadang bisa sangat cuek orangnya, tapi kadang kesabaran gue juga suka habis stoknya. Nah daripada timbul efek yang tidak diinginkan setelah jalan, gue lebih baik menghindari untuk mengajak sembarang teman. Gak gampang menemukan teman yang sepaham dalam konteks liburan.
Jadi kembali ke tema tulisan, gue sama sekali tidak merasa sendirian walau gue pergi sendiri. Mungkin ini yang dikatakan, alone but not lonely and I really enjoy it. Dan gue yakin, bahwa gue akan diingat oleh setiap orang yang bercakap-cakap dengan gue sebagai "perempuan Jakarta yang berkeliling Jawa sendirian".
Perbekalan selama di mobil :) |
No comments:
Post a Comment