Thursday, July 19

..Bu Warso..

Untuk kebanyakan orang, mungkin bu warso hanya dikenal sebagai seorang tukang pijat. Tapi buat gue dan keluarga gue, dia sudah selayaknya keluarga sendiri. Begitu banyak hal baik yang telah dilakukannya untuk keluarga ini. Sangat banyak sampai tak terhitung lagi.

Tiga minggu lalu, ibu menemani bu Warso untuk cek kesehatan. Saat itu, bu Warso masih bisa jalan dengan tegaknya. Ketika keluar hasilnya, dokter bilang kalo bu warso diperkirakan terkena penyakit kanker, tapi harus dicek lebih lanjut. Saat itu bu warso belum mau diopname karena masih tampak sehat. Dua minggu lalu, diputuskan untuk rawat inap di RS. Dokter di sana pun mendiagnosa hal yang sama, tetapi berhubung mereka tidak ada alat yang menunjang, jadi yang mereka bisa lakukan hanyalah menahan rasa sakitnya. Bu Warso diopname selama 1 minggu dan selama itu pulalah gue lihat kondisinya mulai menurun.

Selasa kemarin, bu Warso dibawa ke Dharmais untuk cek semuanya, dan dari hasil kesehatan, bu Warso didiagnosa mengidap kanker paru stadium 4. Tadi sore, gue ke rumahnya yang cuma berjarak 2 menit dari rumah. Gue memang baru sore ini lagi menjenguknya. Bukannya gue sok sibuk, tapi gue gak tega. Gue tau sampai di batas mana kekuatan gue. Gue gak mau nangis di depan dia. Makanya, gue mengumpulkan kekuatan dulu untuk menemuinya.

Sore itu, ketika gue liat dia di kamarnya, tergolek lemah di tempat tidur tanpa ada suara yang bisa dikeluarkan karena sudah sangat sakit untuk berbicara, gue hanya bisa tercekat dan terdiam. Gue tahu kalo gue gag boleh nangis, harus kuat di depan dia.

Saat gue mengelus punggungnya, gue terbayang tangannya yang kuat memijat gue dan seisi keluarga ini, segala nasihat yang dia ucapkan ke gue, segala perbuatan yang telah dia lakukan untuk keluarga ini, segala perjuangan hidup yang telah ia lakukan untuk keluarganya, caranya berbicara, segalanya.

Ingin rasanya gue minta ama Tuhan, kalo emang dia harus meninggal, segerakanlah. Jangan siksa bu Warso seperti ini. Bukannya gue jahat pengen dia cepat-cepat meninggal, tapi murni karena gue gak tega. Hancur hati gue ngeliat keadaannya.

Dan akhirnya, air mata gue sudah tak terbendung lagi ketika gue harus berpamitan dan mencium pipinya. Gue hanya bisa berkata "semoga cepat sembuh" walau gue tau sepertinya itu hanya harapan kosong. Dan bu Warso hanya bisa mengangguk tanpa sepatah kata pun.

Tuhan, kalau kau memang menyayanginya dan menginginkan dirinya untuk menemuimu, segerakanlah. Jangan siksa terlalu lama. Sakit sekali melihatnya terkulai lemah tak berdaya seperti itu. Tapi kalau kau menginginkannya untuk hidup lebih lama lagi di dunia, maka sembuhkanlah. Jika kau memang Maha Pendengar dan Maha Pengabul Doa, tolong dengarkan dan kabulkanlah doaku ini.

Amin..
Share/Bookmark

2 comments:

  1. Ijul, aku tentu gak kenal Bu Warso, tapi tulisan singkatmu ini mampu membuat leherku tercekat... Tuhan Yang Maha Pengasih telah mengabulkan doamu yang kaupanjatkan dengan tulus.

    ReplyDelete