Tuesday, January 7

..gue dan phobia..

Hampir sebagian besar manusia memiliki ketakutan (phobia) dalam dirinya. Ada yang punya 1 phobia tapi tak jarang ada yang memiliki lebih dari satu. Gue sendiri memiliki 2 phobia, takut ketinggian dan berenang di tempat dalam yang gue tidak bisa menjejakkan kaki sehingga kepala gue tidak berada di atas batas air.

Gue cukup tersiksa dengan phobia ini, makanya gue berusaha melawan segala ketakutan itu. Dalam hal takut akan ketinggian, berbagai usaha yang pernah gue lakukan adalah duduk di dekat jendela kalau naik pesawat, berdiri di paling pojok dan melihat ke bawah kalau naik lift yang berdinding gelas, selalu berusaha melihat ke bawah selama mungkin kalau sedang ada di lantai tertinggi suatu gedung, naik wahana roller coaster dan gongnya adalah ikut paralayang. Puji syukur, sudah bertahun-tahun gue tidak mengalami lagi yang namanya pusing, mual, keringat dingin atau mendadak lemas mau jatuh kalau ada di tempat tinggi.

Tinggal tersisa 1 phobia dan entah kenapa, gue merasa sulit sekali bahkan nyaris tidak ada keinginan untuk melawannya. Padahal kalau dilihat dari garisnya, sebagai anak berdarah setengah Bugis dari bapak yang Marinir, seharusnya gue tidak perlu mengalami ketakutan ini. Gue ingat, waktu gue kecil dulu, bapak gue selalu ngajak berenang dan gue tidak pernah takut, bahkan di kedalaman 2 meter sekalipun. Gue bisa salto masuk ke kolam dengan cerianya, membalikkan badan di dalam air selayaknya perenang profesional yang sedang berlomba, bermain di dasar kolam sambil menahan napas selama mungkin. Namun gara-gara menonton film seri Return to Eden (untuk anak yang kecil di tahun 80 akhir pasti pada tahu film ini), yang ada adegan buaya putih di kolam renang dan membunuh salah satu karakter di film seri tersebut, sejak saat itulah gue takut untuk berenang di tempat dalam.

Ya, gue tahu sekali kalau itu hanya film. Tapi sebagaimana anak kecil yang masih belum bisa membedakan mana film dan kenyataan, adegan itu seperti tertancap dalam-dalam dan tak mau pergi dengan mudah. Gue memang masih berenang, tapi sudah tidak mau di tempat dalam, dan yang pasti, gue gak mau berenang sendiri. Pelajaran berenang di sekolah sangat menyiksa gue karena gue gak mau semua orang tahu mengenai ketakutan ini. Hampir 20 tahun gue gak berenang walau bukan berarti gue stop total. Gue masih sesekali berenang selama periode itu, tapi kepanikan dan ketakutan selalu melanda. Setelah didiagnosis bahwa gue mengidap scoliosis tahun 2008 dan menurut dokter, obat paling mujarab adalah berenang, gue berusaha memperbanyak frekwensi renang, tapi mungkin bila dihitung, masih kurang dari 5x dalam setahun.

Tak bisa dipungkiri bahwa gue sebenarnya suka laut, pergi ke daerah-daerah yang pemandangan dan perairan lautnya bagus seperti Belitung, Karimun Jawa, Raja Ampat, Komodo, Lombok dan Bali. Tapi tak sekali pun gue menceburkan diri ke laut, tertarik menceburkan diri di pinggir pantainya pun tidak. Namun setelah perjalanan ke Komodo, imbas bepergian dengan teman-teman baru yang menyenangkan dan menyemangati gue untuk terjun ke laut, membuat gue untuk memberanikan diri berenang di laut.

Gue kembali aktif berenang, mencoba berenang tanpa teman, walau adakalanya gue berenang sama seorang sahabat. Gue bahkan membeli peralatan snorkeling berikut sepatu kataknya. Gue mencoba memakainya di kolam renang. Gue lalu mencari video di youtube bagaimana caranya agar bisa berdiri mengambang di air, semua teori gue pakai tapi belum berhasil hingga akhirnya gue memutuskan, bahwa gue tidak perlu belajar berdiri mengambang untuk sementara waktu ini karena nantinya gue akan menggunakan jaket pelampung ketika berada di laut.

Akhirnya, masa pembuktian itu tiba. Beberapa hari menjelang pergantian tahun ke 2014, gue berlibur ke Pulau Seram. Gue membawa semua perlengkapan dan gue BERHASIL menceburkan diri ke laut! Mau tahu perasaan gue saat itu? Gue pengen teriak sambil berkata, "Bapak! Akhirnya aku bisa membuktikan kalau aku bukan Bugis murtad dan aku bisa berenang di laut kayak bapak!"

Gila! Setelah bertahun-tahun gue mengalami ketakutan ini dan tanpa sedikit pun ingin melawannya, tapi cukup 4 hari berlibur dengan teman-teman yang gue baru kenal waktu di Komodo sungguh membawa perubahan drastis. Mereka juga jadi orang pertama yang gue kabari setelah gue berhasil snorkeling di Seram.

Gue lega banget karena akhirnya gue bisa terbebas dari ketakutan ini. Amat sangat lega karena gue tidak perlu lagi menutupi phobia ini dari orang-orang. Gue sudah berhasil berenang di laut & gue sangat bahagia. Namun, gue masih memiliki satu target yang harus dicapai, yaitu berdiri mengambang tanpa bantuan pelampung!

Doakan supaya berhasil ya....


Share/Bookmark

No comments:

Post a Comment