Wednesday, April 14

..uang, uang dan uang..

UANG. Sesuatu yang semua orang ingin miliki, karena dengan uang "bisa" membeli segalanya. Uang bisa membuat orang gila, namun bisa juga membuat orang menderita. Dengan uang, tak sedikit yang merasa bahwa mereka bisa semena-mena dan menganggap orang lain lebih rendah. Apalagi mereka yang tadinya mulai dari bawah, lalu memiliki uang yang banyak dan bergelimangan harta dan menjadi orang kaya baru. Terkadang tingkah laku mereka benar-benar membuat kita harus mengurut dada.

Namun sebaliknya, ketiadaan uang juga mampu membuat orang berlaku seenaknya sendiri. Atas nama keterbatasan uang, mereka lebih baik meminta belas kasihan dan menengadahkan tangan karena itu jalan yang paling mudah mendapatkan uang.

Tentunya, banyak kejadian yang dekat dengan kita, yang semuanya bersumber dari uang. Salah satu contoh, antar teman berselisih dan bahkan bisa tidak berkomunikasi selamanya karena masalah uang (teman meminjam uang tapi ketika yang memberikan pinjaman menagih uangnya, si peminjam selalu menghindar dan memiliki seribu alasan untuk tidak mengembalikannya). Contoh lain, ada tetangga yang tadinya "biasa-biasa saja" menurut ukuran warga lainnya, lalu ketika anak-anaknya bekerja dan memperoleh penghasilan yang besar, si tetangga berubah perangai menjadi sombong, berbicara setinggi langit, merasa yang paling benar dan senang menghina, sementara warga lainnya tahu persis bagaimana keadaan dia dan keluarganya dahulu. Atau bagi mereka yang bekerja di perusahaan cukup besar, tak jarang menemui karyawan yang saling pamer barang "berkelas" hanya supaya mereka dianggap keren, kaya dan terpandang. Dan mungkin yang terparah, ada saudara kandung yang rela membunuh demi mendapatkan uang warisan. GILA !! Namun ada juga mereka yang sebenarnya punya uang, tapi selalu mengeluh tidak punya uang, entah karena alasan apa.

Kita memang harus memiliki uang, kalau bisa sedikit berlebih, supaya kita bisa menyisihkan sebagian dari uang tersebut untuk beramal. Dan yang terpenting, berapa pun yang kita miliki, harus kita syukuri. Sebuah contoh yang sederhana yaitu ketika kita menerima gaji. Reaksi umum sebagian besar orang adalah menganggap bahwa itu memang sudah sebuah kewajaran dari jerih payah yang telah kita keluarkan dalam bekerja, namun berapa banyak yang mensyukuri gaji atau uang yang kita peroleh tersebut ?

Ada pepatah jawa yang selalu diajarkan oleh ibu saya, yaitu banyak kurang, sedikit cukup. Kalau dijabarkan, semakin banyak uang yang kita miliki, semakin kita merasa kekurangan uang. Namun dengan sedikit uang yang kita miliki, kita akan merasa berkecukupan. Sebuah pepatah yang jika diucapkan dan diresapi artinya akan terasa kebenarannya.

Tidak seperti cerita yang memiliki banyak sisi, uang hanya memiliki dua sisi, yaitu jahat dan baik. Semuanya tergantung kita, bagaimana cara kita ingin mendapatkan uang, cara kita ketika telah mendapatkan uang dan cara kita menggunakan uang yang telah kita peroleh. Memang tidak ada orang lain yang bisa mengatur cara kita menjalani hidup, namun alangkah baiknya jika kita selalu mengingat bahwa uang bukanlah sesuatu yang membedakan manusia satu dengan lainnya, dan janganlah kita terlena karenanya.


Share/Bookmark

Thursday, April 8

..sisi lain melayat..

Setiap kali gue pergi melayat, baik itu saudara dekat atau jauh, tetangga, orang tua teman, atau bahkan teman sendiri, ada satu hal yang selalu gue lakukan selain membaca Yasin tepat di samping jasad, yaitu membuka kain yang menutupi muka almarhum/ah dan menatap wajahnya untuk yang terakhir kali.

Untuk sebagian orang, mereka tidak ingin melakukannya karena mungkin tidak tega atau bahkan takut. Tapi buat gue, itu menjadi suatu keharusan agar gue selalu ingat, bahwa akan tiba masanya buat gue mengalami hal yang sama.

Dengan menatap wajah mereka, selain sebagai penghormatan terakhir, juga membuka kembali kenangan-kenangan yang pernah terjadi antara gue dan almarhum/ah. Mungkin terlihat aneh, tapi gue menikmati saat-saat menatap mereka, karena gue bisa memperhatikan apakah mereka seperti tertidur pulas, meninggalkan dunia ini dengan tenang, terlihat lebih kurus, dan membandingkan keadaan mereka semasa hidup.

Entah sudah berapa banyak wajah yang gue tatap, dan sebagian besar memang seperti tertidur pulas, bahkan ada yang seperti tersenyum dalam tidur.

Setelah melakukan ritual itu, gue juga paling suka memperhatikan keadaan sekitar, melihat reaksi mereka yang ditinggalkan. Sebagian memang bereaksi selayaknya orang yang ditinggalkan, yaitu berada di samping jenazah, membaca Yasin dan menerima tamu yang datang. Tapi tak sedikit gue menemukan yang cukup diluar dari normal (menurut standar normal gue). Ada yang cuek, dalam artian ada jenazah di tengah ruangan, tapi tidak ada satupun yang membaca yasin, dan asik bergosip ria. Ada perdamaian keluarga, karena selama si anak hidup, orang tua almarhum bertengkar dan tidak berkomunikasi lisan. Ada yang meraung-raung histeris karena almarhum meninggal mendadak. Ada yang pakai diskusi antar keluarga besar menentukan adat apa yang mau dipakai waktu pemakaman.

Mungkin terdengar aneh, tapi gue suka pergi melayat. Dan mungkin yang lebih aneh lagi, gue lebih suka pergi melayat dibandingkan pergi ke hajatan yang penuh keriaan. Karena setiap gue kembali dari melayat, selalu ada pelajaran yang cukup berarti buat gue. Mulai dari keinginan tentang cara gue nanti akan meninggalkan dunia ini, tentang reaksi mereka yang gue tinggalkan, hingga yang terpenting, yaitu bagaimana kita menjalani hidup ini sebaik-baiknya hingga habis waktu kita di dunia.

Share/Bookmark

Monday, March 1

..bakso ikan..

Suatu ketika di konter makanan cepat saji di sebuah pasar swalayan terkemuka di perumahan Bintaro Jaya, seorang pelanggan ingin membeli bakso ikan goreng seperti yang dijual oleh Old Chang Kee.

Pelanggan : Mbak, ada bakso ikan ?
Mbak-nya  : Heh ? Bakso ikan ?
Pelanggan : Iya, bakso ikan goreng
Mbak-nya  : Gak ada
Pelanggan : Gak ada ? Lho itu ada singapore fish ball (sambil menunjuk standing banner)
Mbak-nya (mengikuti arah telunjuk pelanggan) : Oh iya, kalo fish ball ada
Pelanggan : diam terpaku dengan pandangan kosong ke mbak-nya, bingung antara harus tertawa kencang, kesal berlipat ganda atau malah sedih..
Pelanggan : Ya udah mbak, saya pesan satu (tetap memesan karena lapar)

Share/Bookmark