Tuesday, May 13

..seharusnya gue bisa membencinya..

Seharusnya gue gak perlu nangis lagi tadi malem.
Seharusnya gue sudah bisa berdiri tegak and get over him.
Seharusnya gue bisa lebih tenang menjalani hari-hari gue.

Dan seharusnya gue bisa membencinya.

Tapi entah kenapa, semalem gue nangis lagi. Perasaan itu masih ada, tapi sebisa mungkin gue berusaha utk tidak mengungkapkannya, karena kata dia, "biar elo bisa lepas dari gue, jul.." Talking is cheap, karena dia gak pernah ngerasain apa yang gue rasa. Gue benar-benar jatuh, terperosok ke dalam lubang yang sama, dan ditinggalkan begitu saja olehnya.

Seharusnya gue bisa membencinya.

Tapi gue gak bisa, karena gak bisa dipungkiri, dia pernah jadi bagian hidup gue. Menjalani waktu-waktu bersamanya, ketawa2x geblek, ngomentarin orang, sharing things, do things like normal couples do. Sekarang semua udah berakhir.

Seharusnya gue bisa membencinya.

Gue inget banget, pada waktu dulu gue menolak perasaan gue, berulang kali bilang ke dia supaya kita hanya temenan, tapi dia dengan pantang mundurnya deketin gue, minta gue utk lebih dari sekedar teman. Dan akhirnya, gue pun mengiyakan semua perkataan dia. Kemudian gue mulai berharap kalo it's gonna have a happy ending, that we're gonna build our own little family and spend our old times together. Segala harapan yang tadinya gak mau lagi gue bawa ke dunia gue, yg sudah gue kubur lama di tempat terdalam, akhirnya muncul lagi dengan kedatangannya. Tapi kemudian, pada saat gue sudah menerima cintanya dengan sepenuh hati & jiwa, dia meminta semua ini untuk berakhir, dan menghempaskan diri gue dengan semena-mena. Jiwaku tercabik.

Seharusnya gue bisa membencinya.

Sekarang, belum genap 1 bulan, pada saat gue masih tertatih-tatih, mencoba menata kembali hidup gue yang berantakan ini, ternyata dia sudah bersama perempuan lain, entah itu pacar lamanya, entah itu teman barunya, gue gak peduli. Yang gue rasakan cuma satu, dia gak pernah peka dengan perasaan gue. Tidak sekalipun dia pernah menempatkan posisinya di gue, dan tidak satu kalipun terlontar dari ucapannya, bahwa dia sedih akan semua ini. Dia menikmati hidup barunya.

Seharusnya gue bisa membencinya.

Dan gue sudah mencoba segala cara untuk membencinya, tapi gue gak bisa. Gue tetep sayang sama dia. I still have those butterfly whenever I see our pix together. Gue gak mengharapkan dia kembali, karena gue yakin dia gak akan pernah mau kembali.

Dia menyakiti gue, terluka sekali hati ini. Tapi dia gak pernah tahu itu.

Seharusnya gue bisa membencinya.


Share/Bookmark

No comments:

Post a Comment